Selasa, 08 Desember 2015

Rayanya Sastrawan UIN Sunan Kalijaga

            Banyak civitas akademia sekarang ini lebih intens untuk mengenal budaya pop, mulai dari selalu update berita terkini soal gadget, fashion, penampilan yang terkadang jauh dari kesan artistic hanya sekedar terbawa arus. Bolehlah sekali-kali melangkahkan kaki tilik ke salah satu event kampus (ini nge-hits banget). Nah , eventnya itu ialah E(k)SKAvasi: Teater Eska Archive Exhibition. Event ini adalah perayaan ulang tahun dari salah satu organisasi Teater Eska (35 thn).


E(k)SKAvasi  sendiri adalah momen untuk menandai masih terus berkaryanya penggiat teater ini. Mulanya ide mengambil tema (ekskavasi) sebenarnya disadur dari keilmuan arkeologi yang bermakna penggalian ditempat tertentu dan mengandung benda-benda purbakala. Ekskavasi sebenarnya ditujukan untuk merespon rancang-bangun konsep pameran arsip yang dilaksanakan pada tanggal 12-14 November 2015 banyak yang dipamerkan mulai dari poster, foto video, ratusan buku yang penulisnya dari teman-teman teater Eska , naskah teater, kliping surat kabar, skripsi yang merujuk dan meneliti Eska sendiri, kostum, property, lukisan dll.


Gondrong. Mungkin inilah kesan pertama yang dipahami mahasiswa baru untuk mengenal ESKA, sebenarnya bisa dikatakan untaian panjang rambut kakak-kakak senior ini berbanding lurus dengan kreatifitas dan bermunculannya karya seni yang sudah mereka gubah dengan syahdunya. Terbukti, terpampang nyata dihadapan khayalak ketika event kemarin diadakan.

dunia digital yang semakin ogah-ogahan

Bu Labib punya nih

Saya rasa peran serta ESKA turut andil dalam membentuk karakter, mental dan penjiwaan para agen perubahan menghadapi tantangan zaman ini sungguh besar, olah rasa yang kadang sedikit dianggap remeh dalam dunia didik dan mendidik dan lebih mengedepankan olah raga sahaja. Besar harapannya kedepannya bisa bersinggungan dan lebih bersinergi sehingga faham- faham miring bisa dibrantas. Maju terus ESKA! jayalah cita dan harapanmu.

Senin, 07 Desember 2015

Tilik Perpustakaan Sonobudoyo

Jum’at, 4 Desember  kunjungan pertama saya di Perpustakaan  Sonobudoyo, bertepatan satu bangunan dengan Musium Sonobudoyo yang letaknya disebelah  utara Alun-alun Utara Yogyakarta, bisa dibilang juga perpustakaan ini adalah perpustakaan khusus, karena disana mayoritas koleksi berupa naskah kuno dan koleksi buku jaman dahulu kala yang sudah didirikan sejak tahun 1940, lokasi menepati gedung 668 m2. Ibu Prameswari sebagai pegawai perpustakaan bertutur bahwasanya rata- rata koleksi perpustakaan terdiri dari buku-buku berbahasa asing, sedangkan katalognya dibagi menjadi kalatalog khusus yaitu terdiri dari bahasa asing dan katalog Bahasa Indonesia.

Lt. 3 ruang perpustakaan



        Sumber bukunya didapat dari hibah para donatur dan tidak ada yang sifatnya membeli, bangunan perpustakaan sendiri merupakan peninggalan dari Java Institute (6 November 1935) peninggalan Belanda, sistim peminjamannya bisa dikatagoreikan tertutup, karena bagi pemustaka yang mau meminjam koleksi bisa melihat melalui katalog, mencatat buku yang akan dipinjam dan setelah itu menghubungi petugas untuk dilayani (termasuk minta salinan buku), koleksi dibaca ditempat.   Perpustakaan ini juga termasuk salah satu perpustakaan yang paling banyak menyimpan naskah Nusantara (sekitar 1000 lebih naskah) baik dari Melayu, Sunda, Jawa, Madura, Bali Lombok. Menurut isi, naskah koleksinya beragam, mulai dari babad, wayang, piwulang, primbon, mitologi, astronomi, bahkan pengobatan masa lalu juga ada. Naskah tertua ditulis abad ke-17.


              Koleksi dari Perpustakaan sendiri sekitar 20.000 eksemplar, buku yang tertebal berukuran 15 cm kalau dibandingkan dengan buku standar sekitar 20 buku, sedangkan buku terlaris adalah buku- buku yang bersinggungan dengan sejarah. Pengunjung harian sekitar 5-10 pemustaka, operasionalnya 5 hari kerja. Buku-buku yang telah dikatalogkan dan diinput secara manual sekitar 1000 judul, tentu dibawah pengawasan penuh kepala perpustakaan yaitu Dra. Rihariani, sedangkan untuk perawatan koleksinya tentu saja sudah banyak yang berumur dan rapuh menggunakan metode fumigasi/refresh atau lebih dikenal dengan istilah kapur barus.

pamitan

Lt. 2 Ruang Digitalisasi, beberapa penampakan buku

                                                             

                Perpustakaan sendiri terdapat di lantai 3, lantai 2 khusus untuk tempat naskah kuno dan ruang digitalisasi. Penguhuni perpustakaan sendiri terdiri dari 3 pustakawan, meja, kursi, komputer, televisi dan telepon. Menurut saya pribadi Perpustakaan Sonobudoyo terkesan kurang hidup, sehingga gairah minat baca, mengunjungi agak menurun. Disinilah peran pustakawan khususnya lulusan Ilmu Perpustakaan dimasa mendatang harus lebih inovatif dalam mesiasati, mepublikasikan kepada khayalak sehingga tahu dan mau untuk merawat dan melestarikan bersama warisan keilmuan khususnya manuskrip-manuskrip kono dan buku-buku bersejarah.