Senin, 07 Desember 2015

Tilik Perpustakaan Sonobudoyo

Jum’at, 4 Desember  kunjungan pertama saya di Perpustakaan  Sonobudoyo, bertepatan satu bangunan dengan Musium Sonobudoyo yang letaknya disebelah  utara Alun-alun Utara Yogyakarta, bisa dibilang juga perpustakaan ini adalah perpustakaan khusus, karena disana mayoritas koleksi berupa naskah kuno dan koleksi buku jaman dahulu kala yang sudah didirikan sejak tahun 1940, lokasi menepati gedung 668 m2. Ibu Prameswari sebagai pegawai perpustakaan bertutur bahwasanya rata- rata koleksi perpustakaan terdiri dari buku-buku berbahasa asing, sedangkan katalognya dibagi menjadi kalatalog khusus yaitu terdiri dari bahasa asing dan katalog Bahasa Indonesia.

Lt. 3 ruang perpustakaan



        Sumber bukunya didapat dari hibah para donatur dan tidak ada yang sifatnya membeli, bangunan perpustakaan sendiri merupakan peninggalan dari Java Institute (6 November 1935) peninggalan Belanda, sistim peminjamannya bisa dikatagoreikan tertutup, karena bagi pemustaka yang mau meminjam koleksi bisa melihat melalui katalog, mencatat buku yang akan dipinjam dan setelah itu menghubungi petugas untuk dilayani (termasuk minta salinan buku), koleksi dibaca ditempat.   Perpustakaan ini juga termasuk salah satu perpustakaan yang paling banyak menyimpan naskah Nusantara (sekitar 1000 lebih naskah) baik dari Melayu, Sunda, Jawa, Madura, Bali Lombok. Menurut isi, naskah koleksinya beragam, mulai dari babad, wayang, piwulang, primbon, mitologi, astronomi, bahkan pengobatan masa lalu juga ada. Naskah tertua ditulis abad ke-17.


              Koleksi dari Perpustakaan sendiri sekitar 20.000 eksemplar, buku yang tertebal berukuran 15 cm kalau dibandingkan dengan buku standar sekitar 20 buku, sedangkan buku terlaris adalah buku- buku yang bersinggungan dengan sejarah. Pengunjung harian sekitar 5-10 pemustaka, operasionalnya 5 hari kerja. Buku-buku yang telah dikatalogkan dan diinput secara manual sekitar 1000 judul, tentu dibawah pengawasan penuh kepala perpustakaan yaitu Dra. Rihariani, sedangkan untuk perawatan koleksinya tentu saja sudah banyak yang berumur dan rapuh menggunakan metode fumigasi/refresh atau lebih dikenal dengan istilah kapur barus.

pamitan

Lt. 2 Ruang Digitalisasi, beberapa penampakan buku

                                                             

                Perpustakaan sendiri terdapat di lantai 3, lantai 2 khusus untuk tempat naskah kuno dan ruang digitalisasi. Penguhuni perpustakaan sendiri terdiri dari 3 pustakawan, meja, kursi, komputer, televisi dan telepon. Menurut saya pribadi Perpustakaan Sonobudoyo terkesan kurang hidup, sehingga gairah minat baca, mengunjungi agak menurun. Disinilah peran pustakawan khususnya lulusan Ilmu Perpustakaan dimasa mendatang harus lebih inovatif dalam mesiasati, mepublikasikan kepada khayalak sehingga tahu dan mau untuk merawat dan melestarikan bersama warisan keilmuan khususnya manuskrip-manuskrip kono dan buku-buku bersejarah.


  

2 komentar:

  1. manteb min
    monggo dikomen http://tugasatma.blogspot.co.id/2015/12/perpustakaan-sono-budoyo_8.html

    BalasHapus
  2. wah, jadi pingin berkunjung
    keinget buku2nya simbah yg dah banyak termakan kerasnya zaman

    BalasHapus