Jum’at, 4
Desember kunjungan pertama saya di
Perpustakaan Sonobudoyo, bertepatan satu
bangunan dengan Musium Sonobudoyo yang letaknya disebelah utara Alun-alun Utara Yogyakarta, bisa
dibilang juga perpustakaan ini adalah perpustakaan khusus, karena disana mayoritas koleksi berupa
naskah kuno dan koleksi buku jaman dahulu kala yang sudah didirikan sejak tahun
1940, lokasi menepati gedung 668 m2. Ibu Prameswari sebagai pegawai perpustakaan
bertutur bahwasanya rata- rata koleksi perpustakaan terdiri dari buku-buku
berbahasa asing, sedangkan katalognya dibagi menjadi kalatalog khusus yaitu terdiri dari
bahasa asing dan katalog Bahasa Indonesia.
Lt. 3 ruang perpustakaan |
Sumber
bukunya didapat dari hibah para donatur dan tidak ada yang sifatnya membeli,
bangunan perpustakaan sendiri merupakan peninggalan dari Java Institute (6
November 1935) peninggalan Belanda, sistim peminjamannya bisa dikatagoreikan
tertutup, karena bagi pemustaka yang mau meminjam koleksi bisa melihat melalui
katalog, mencatat buku yang akan dipinjam dan setelah itu menghubungi petugas
untuk dilayani (termasuk minta salinan buku), koleksi dibaca ditempat. Perpustakaan ini juga termasuk salah satu
perpustakaan yang paling banyak menyimpan naskah Nusantara (sekitar 1000 lebih
naskah) baik dari Melayu, Sunda, Jawa, Madura, Bali Lombok. Menurut isi, naskah
koleksinya beragam, mulai dari babad, wayang, piwulang, primbon, mitologi,
astronomi, bahkan pengobatan masa lalu juga ada. Naskah tertua ditulis abad
ke-17.
Koleksi
dari Perpustakaan sendiri sekitar 20.000 eksemplar, buku yang tertebal
berukuran 15 cm kalau dibandingkan dengan buku standar sekitar 20 buku,
sedangkan buku terlaris adalah buku- buku yang bersinggungan dengan sejarah.
Pengunjung harian sekitar 5-10 pemustaka, operasionalnya 5 hari kerja.
Buku-buku yang telah dikatalogkan dan diinput secara manual sekitar 1000
judul, tentu dibawah pengawasan penuh kepala perpustakaan yaitu Dra. Rihariani, sedangkan untuk perawatan koleksinya tentu saja sudah banyak yang berumur
dan rapuh menggunakan metode fumigasi/refresh atau lebih dikenal dengan istilah kapur barus.
pamitan |
Lt. 2 Ruang Digitalisasi, beberapa penampakan buku |
Perpustakaan
sendiri terdapat di lantai 3, lantai 2 khusus untuk tempat naskah kuno dan
ruang digitalisasi. Penguhuni perpustakaan sendiri terdiri dari 3 pustakawan,
meja, kursi, komputer, televisi dan telepon. Menurut saya pribadi Perpustakaan Sonobudoyo terkesan kurang hidup, sehingga gairah minat baca, mengunjungi agak menurun. Disinilah peran pustakawan khususnya lulusan Ilmu Perpustakaan dimasa mendatang harus lebih inovatif dalam mesiasati, mepublikasikan kepada khayalak sehingga tahu dan mau untuk merawat dan melestarikan bersama warisan keilmuan khususnya manuskrip-manuskrip kono dan buku-buku bersejarah.
manteb min
BalasHapusmonggo dikomen http://tugasatma.blogspot.co.id/2015/12/perpustakaan-sono-budoyo_8.html
wah, jadi pingin berkunjung
BalasHapuskeinget buku2nya simbah yg dah banyak termakan kerasnya zaman